Kisah Umar dan Siddiq

 Pada masa lalu sekitar tahun 80 an ada 2 orang anak usia sekolah dasar kelas 3 namanya Umar dan Sidiq. Kedua anak tersebut sekolah pada SD yang sama. Ketik mereka keluar main di sekolah Umar dan siddik main-main di halaman sekolah. Mereka lebih memilih bermain-main ketimbang jajan di pinggir jalan depan sekolah, tempat para penjaja makanan/snack anak-anak menjajakan jualannya, Di samping itu, mereka juga tidak biasa diberikan uang jajan oleh ibu mereka, karena kondisi keluarga miskin. 


Pada saat sedang asyik bermain meteka tiba-tiba daling baku hantam dan ternyata Sidik mendapat kesempatan menghantam Umar dengan keras di bagian pelipis kiri, sambil berlari.  Kemudian, umar dengan sangat marah sambil menahan rasa sakit mengejar Sidik ingin membalas hantamannya. Namun sayang, setelah beberapa putaran mengejar lonceng masuk kelas dibunyikan pak guru. 

Semua anak-anak berlarian masuk kelas, termasuk Sidik dan Umar.  Sidik merasa senang, karena umar tidak sempat membalas pukulannya, tapi sebaliknya, Umar semakin dendam karena belum sempat memberikan balasan atas pukulan sidik yang kini membuat pelipis kirinya terasa perih. 

Dalam hati Umar bergumam "Awas Sidik kedok (tuli bhs sasak)". Ia ingin sekali segera pulang atau ke luar sekolah utk bisa balas dendam. Tapi tiba-tiba masuk pak Sabaruddin, guru Agama Islam.

"Assalamu'alaikum,  selamat pagi anak-anak". Ucap pak sabar ketika masuk kelas. 

"Waalaikum salam Wr. Wb. Selamat pagi pak guru", balas anak-anak dengan serentak.

Seusai membaca daftar hadir, pak guru Sabaruddin langsung melakukan apersepsi sebagai kegiatan pendahuluan dengan menanyakan kepada peserta didik, "anak-anak, masih ingat pelajaran yang kemarin?" tanya pak guru. 

"Masih pak guru", jawab siswa serentak. 

"Tentang apa? ", tanya pak guru lagi. 

"Tentang sifat-sifat Nabi", jawab beberapa orang siswa. 

"Kalau begitu, siapa yang tahu apa arti Siddik? " tanya pak guru.

"Yak..! yak..!, yak..!" teriak Umar sambil mengangkat tangan penuh semangat. Sementara teman-teman yang lain terdiam, masih mengingat-ingat kembali penjelasan pak guru yang kemarin.
"Ya, coba kamu Umar", pinta pak guru. 

"Kedoooook.....!" Teriak umar sekeras-kerasnya menyambar permintaan pak guru, membuat semua isi ruangan kelas terkesima sejenak, kemudian setelah menyadari jawaban Umar para siswa terbahak-bahak.

Sementara, pak guru Sabaruddin masih tertegun mendengar jawaban Umar.  Dia belum paham mengapa Umar begitu percaya diri, dan menjawab dengan teriakan seperti itu. 

Di sisi lain, Umar sangat puas dan senang karena sudah bisa membalas sakit hatinya kepada sidik. Dalam hati, ia bergumam "hmmm..!, tahu rasa Sidik kedook...! 

Sementara Sidik, dibuat hampir menangis, sakit hati akibat jawaban Umar tentang sifat nabi. Kali ini, Sidik yang ingin balas dendam. Dalam hati, ia bergumam, "Awas nanti Umar, saya hantem kamu lagi..!"

Komentar