Revitalisasi dan Reaktualisasi Ajaran 3 Loh dalam Dakwah Dua Dimensi Perspektif Ust. Abdurrahman Sembahulun


Wawancara Penulis dengan Abdurrahman Sembahulun
Mantan Calon Penerima Penghargaan Kalpataru
Kategori Pembina Lingkungan

Hidup di tengah masyarakat islam (waktu telu), di lembah gunung Rinjani Abdurrahman Sembahulun dianggap terlalu kontradiktif dan radikal. Pasalnya pikiran dan cara pandangnya tentang hidup dan kehidupan tergolong sangat progressive pada zamanya.
Ia dilahirkan sebagai anak ke 4 dari lima bersaudara pada tanggal 1 Januari 1958. Abd Rahaman Semabahulun tergolong sangat cerdas dan Pintar, hal ini  telah diidentifikasi sejak sekolah di SDN Sembalun pada tahun 1965 – 1971 senantiasa menjadi juara di kelas bahkan ia dipercaya menjadi ketua kelas.  Setelah tamat SD pada tahun 1971 ia melanjutkan pendidikan ke PGA NW 6 tahun di Pancor pada tahun 1971 – 1977. Selanjutnya ia meneyelesaikan pendidikan S1 di IKIP Malang pada tahun 1982 di Malang Jawa Timur.   
Pengalaman organisasinya juga sangat mencengangkan. Sejak  SD, SLTP dan SLTA ia sudah terpilih menjadi ketua kelas, ketua Osis ketua regu di Paramuka dsb. Selanjutnya di perguruan tinggi ia pernah menduduki jabatan penting di organisasi Intra Kampus seperti menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan, ketua Senat, dan pernah menjadi Resimen Mahasiswa (menwa).
Pengalaman organisasi extra kampus juga jauh lebih mencengangkan bagi seorang anak di wilayah pegunungan dengan tingkat pendidikan masyarakat rata-rata tidak tamat SD. Jabatan yang pernah dipercayakan padanya diantaranya pernah sebagai ketua Badan Kominikasi Pemuda Masjid Indonesia (BKPMI) Daerah Karesidenan Malang pada tahun 1982-1986, sebagai Koordinator Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) MPO Jawa Timur pada tahun 1985-1987. terpilih Sebagai Sekjen BKPMI  pada munas III Ciawi Bogor tahun 1986. Ketua Jamaatul Ikhwan Ashabul Kahfi Indonesia pada tahun 1983-1986. Kemudian BKPRMI NTB periode 1998 – 1996. Koordinator Jaringan Pensisikan Lingkungan Indonesia (JPL) tahun 1999-2002. Anggota Dewan Daerah/Dewan Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) tahun 1996-1999. Ketua Dewan WALHI NTB periode 1999-2005. Ketua umum Persaudaraan Muslim Indonesia (PPMI) NTB tahun 2002-2005. Ketua Umum Aliansi Masyarakat Adat Lombok (AMAL) NTB tahun 1999-2003. Ketua II Aliansi LM3 Indonesia Wilayah NTB tahun 2008 s/d sekarang. Anggota Majelis Cendikia, Majelis adat Sasak (MAS) Indoensia tahun 1999-2005 dan ketua II Forum Bela negara kabupaten Lombok Timur 2003-2007 serta masih banyak yang tak dapat disebutkan. Dan jabatan terakhir saat ini yang tengah di percayakan padanya adalah sebgai kepala Desa Sembalun Lawang tahun 2007-2014.
Penduduk asli Sembalun yang memiliki segudang pengalaman organisasi ini juga menjadi mantan calon penerima penghargaan KALPATARU tahun 2011, kategori Pembina Lingkungan.
Sebagai mantan calon penerima penghargaan kalpataru, ia memiliki latar belakang pengalaman yang cukup luas tentang kiprahnya dalam menjaga dan memelihara lingkungan terutama di sekitar gunung Rinjani.
Sebagai penduduk Sembalun yang berada di lembah Rinjan ia merasa berkewajiban untuk menjadi orang terdepan dalam melakukan konservasi alam pegunungan di wilayah yang dihuninya. Untuk itu sejak kembali dari rantauan setelah menamatkan pendidikan di Malang Jawa Timur  pada tahun 1985 ia mulai kiprahnya dengan mendirikan kelompok tani Sangkak Bire sebagai benteng pertahanan masyarakat untuk dapat mempertahankan diri dari pengaruh negatif budaya luar yang masuk akibat dibukanya jalan yang dilalui kendaraan bermotor menuju ke wilayah sembalun pada waktu itu.
Melalui kelompok inilah kemudian Ust. Abdurrahman mengexpresikan visi lingkungannya dengan mengajak masyarakat Sembalun untuk bertani yang baik dan ramah lingkungan, melakukan diversifikasi pertanian, serta kegiatan sosial budaya lainnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sembalun tanpa harus merusak atau menebang kayu hutan.
Agar seluruh aktifitas kelompok ini dapat lebih dimaknai oleh masyarakat, maka ia mewadahi kelompok ini dengan pondok pesantren Pertanian YAMI pada tahun 1986 yang lebih bernuansa religius. YAMI adalah Yayasan Al-Ma’hadul Islami yang didirikannya bersama Prof. Jimly Assidiqy (mantan Ketua Mahkamah Konstitusi) dan Totok Asmara.
Dalam aspek agama melalui pondok pesantern pertanian ini ia berusaha memberikan pemahaman masyarakat Islam ”waktu telu” terhadap implementasi ajaran agama sesuai dengan substansi ajaran Islam yang sebenarnya. Mengingat dalam banyak hal pemahaman masyarakat terhadap ajaran islam seringkali menyimpang dari aqidah Islam. Demikian juga implementasi nilai-nilai Islam bahkan bertentangan secara diametral dengan substansi ajaran islam itu sendiri.
Dalam dakwah dua dimensi ini yaitu pertanian dan agama kemudian menginspirasi Ust. Abdurrahman untuk melakukan revitalisasi dan reaktualisasi nilai-nilai ajaran 3 Loh yang difahami masyarakat Sembalun sebagai masyarakat Islam ”waktu telu” yang difahami Abdurrahman sebgai perpaduan antara 3 faham yaitu Islam, Hindu, dan Animisme. Ajaran 3 Loh yang dimaksud adalah Loh Langgar yaitu tempat menyembah yang berbentuk pura, yang kemudian di revitalisasi dan direaktualisasi ke dalam wujud podok pesanteren sebagai tempat pembinaan mental spiritual masyarakat, kemudian Loh Dewa yaitu menyembah pohon-pohon besar yang dianggap bertuah, yang direvitalisasi dan direaktualisasi menjadi reboisasi dan penghijauan hutan kembali melalui program penanaman pohon, dan  Loh Makem yaitu mata air, yang direakualisasi dan direvitalisasi menjadi konservasi mata air, pelestarian lingkungan hidup dan keaneka ragaman hayati.
Di samping itu untuk mencegah masyarakat dari menebang kayu hutan (pembalakan liar), maka Abdurrahman melakukan upaya diversifikasi tanaman dari satu-satunya tanaman yaitu bawang putih menjadi beraneka ragam komoditi. Bawang putih yang dulu pernah berhasil gemilang mengangkat nama sembalun dan Lombok Timur, bahkan NTB, tetapi kemudian gagal sehingga hampir membuat masyarakat putus asa dan kembali menebang hutan.
Atas usaha diversifikasi yang berpuluh tahun kini dapat dilihat bahwa sembalun penuh dengan aneka ragam komoditi pertanian yang mungkin tak dapat dilihat di tempat lain di kabupaten Lombok Timur.

Dan kini setelah memiliki 4 orang putra, Ustadz Abdurrahman Sembahulun telah terpilih menjadi seorang Kepala Desa Sembalun Lawang kecamatan Sembalun Lombok Timur yang juga pengasuh Pondok Pesantren Pertanian tinggal bersama istrinya di Jl. Sembahulun no. 101 Mentangi, dusun Dasan Tengak, Desa Sembalun Lawang. Wassalam   

Komentar